
Upaya memperkuat ketahanan kelompok rentan terhadap bencana kembali digalakkan. Kali ini, tim dosen Poltekkes Kemenkes Palu menggagas kegiatan edukasi dan simulasi kesiapsiagaan bencana khusus bagi ibu hamil, di Desa Lero, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, (Rabu, 31 Juli 2025).
Kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Edukasi dan Simulasi Kesiapsiagaan Bencana untuk Ibu Hamil” ini dipimpin oleh Mardiani Mangun, S.SiT., MPH., bersama tim dosen: Dr. Irsanty Collein, M.Kep., Sp.Kep.MB., Olkamien J. Longulo, S.Kep.Ns., MSc., Eli Saripah, S.Kep.Ns., M.Kep., Sp.Kep.J., Zakia Radjulaeni, M.Tr.Keb, dan Masda, SST.
Dengan pendekatan edukatif dan partisipatif, kegiatan tersebut diikuti oleh lima ibu hamil, sepuluh kader kesehatan desa, tenaga kesehatan setempat, dan perangkat desa, termasuk Kepala Desa Lero, Abdul Salam.
Dalam sambutannya, Abdul Salam menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif tim akademisi ini.
“Kami sangat bersyukur karena ibu hamil di desa kami mendapat pembekalan penting dalam menghadapi bencana. Ini menjadi bekal berharga bagi keselamatan ibu dan bayi,” ujar Kepala Desa.
Tak hanya menerima materi, peserta juga diajak mengikuti simulasi evakuasi darurat bagi ibu hamil. Simulasi ini dirancang realistis dan memperhatikan aspek keselamatan fisik, melibatkan partisipasi kader kesehatan seperti Nurhayati serta Bidan Koordinator Desa, Iswati, S.Keb. Ibu Irawati, salah satu ibu hamil yang ikut kegiatan, menjadi figur dalam skenario penyelamatan darurat.
Dalam sesi edukasi, peserta dibekali pengetahuan seputar risiko bencana terhadap ibu hamil, perlengkapan siaga, prosedur evakuasi yang aman, serta tips menghadapi situasi darurat seperti gempa, banjir, dan kebakaran. Materi juga mencakup tata cara penyimpanan dokumen penting, isi tas siaga, hingga teknik komunikasi darurat.
Dr. Irsanty Collein, yang juga menjadi narasumber utama, menekankan pentingnya keterlibatan komunitas dalam menjaga keselamatan kelompok rentan.
“Harapan kami, edukasi ini menjadi titik awal terbentuknya kesiapsiagaan berbasis komunitas yang lebih kuat, terutama bagi ibu hamil di daerah rawan bencana seperti Donggala,” ujarnya.
Ketua tim dosen, Mardiani Mangun, menambahkan bahwa kesiapsiagaan bencana untuk ibu hamil masih sering terabaikan dalam skema pelatihan darurat, padahal kelompok ini sangat rentan.
“Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk menyusun rencana tanggap darurat yang inklusif. Ibu hamil harus menjadi prioritas karena menyelamatkan mereka berarti menyelamatkan generasi,” ungkapnya.
Kegiatan ini menjadi wujud kontribusi konkret dunia pendidikan tinggi kesehatan dalam memperkuat kapasitas masyarakat desa menghadapi risiko bencana, sekaligus mempererat kolaborasi antara tenaga kesehatan, kader, dan pemerintah desa.
“Siaga ibu hamil bukan hanya menyelamatkan satu nyawa, tapi dua sekaligus,” tutup Mardiani Mangun dalam evaluasi akhir kegiatan.

